OPINI, dutaperistiwa.com – Waktu pelaksanaan Pemilihan Umum kurang tiga minggu lagi, tepatnya hari Rabu Legi, 14 Pebruari 2024 yang akan datang. Berbagai manuver atau trik politik mulai dimainkan dengan ritme yang berbeda-beda, dengan janji-janji politik mulai bertaburan harum bak bunga melati dalam masa mekar-mekarnya guna mendapatkan rasa simpati di hati seluruh warga masyarakat di negara ini yang notabene sebagai konstituen/pemilih.
Dengan segala peraturan yang sudah ditentukan dan sudah diundangkan sebagai UU Pemilu, dengan getolnya dari berbagai kubu elit politik bangsa ini selalu muncul lewat berbagai media, baik itu media elektronik ataupun media massa lainya untuk memberikan penjelasan janji politik sebagai sebuah gambaran untuk majunya negara kita ke depan. Namun dari banyaknya berbagai pendapat dari responden yang didapatkan oleh penulis terkait suhu perpolitikan menjelang pemilu, banyak pendapat dari kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah yang enggan membahasnya. Sebagaimana yang disampaikan Bang Marlok (nama samaran) dalam obrolan santainya bersama saya, “itu adalah hal yang biasa dan selalu menjadi kebiasaan atau tradisi politik dalam negeri, dimana setiap mau coblosan pemilu beredar janji-janji palsu yang menawarkan berbagai kemudahan. Kita ini sudah bosan mas dengan semua janji-janji manis, itulah bedanya Pilpres dengan Pil KB.” Ucap Bang Marlok kesal.
Ditambahkan juga oleh Bang Marlok, “kurang hadirnya negara dalam menangani pengentasan kemiskinan, dimana sebelum saya menjadi rakyat miskin pada hari ini, dulu saya juga terlahir dari keluarga miskin, dan sebelum bapak dan emak saya miskin, kakek dan nenek saya pun juga miskin. Saya ini orang miskin yang tak takut miskin mas, dikarenakan kita ini hidup di negara miskin..betul apa ndak mas..?” Ucap Bang Marlok sambil menyeruput kopi dan menghisap rokok kreteknya.
Sebagai bahan evaluasi dan pembenahan bagi para elit politik yang menjalankan ide atau gagasan bernegara lewat rel partai-partainya, agar benar-benar lebih serius dalam menjalankan roda hidup berbangsa dan bernegara, dalam menjalankan politik sebagai dasar membangun masyarakat bangsa lebih adil, makmur dan sentosa. Kurang antusiasnya warga masyarakat dalam menghadapi Pemilihan Umum tidak hanya menilai siapa calon terbaik yang akan dipilih saja, akan tetapi hadirnya bangunan politik sehat yang selalu berpedoman dan menekankan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar hidup bernegara akan terbangun hubungan kuat antara pemimpin dan rakyatnya.
Kurang antusiasnya warga masyarakat dalam menyambut Pemilu 2024 bukanlah wujud kebencian terhadap demokrasi, akan tetapi wujud kejenuhan dan kebosanan dari selalu tidak riil atau clearnya janji-janji yang disuguhkan oleh para calon pemimpin bangsa.
Banyaknya masyarakat yang akan berpartisipasi menyukseskan Pemilu yang akan dilaksanakan pada hari Rabu Legi, 14 Pebruari 2024 yang akan datang, masyarakat berharap bisa mencetak pemimpin-pemimpin bangsa yang bisa hadir di tengah-tengah masyarakat dan mampu mewujudkan janji politik mereka dengan nyata sehingga bisa membuat Ibu Pertiwi tersenyum, dengan berjuang bersama bersatu padu membangun bangsa menuju masa depan Indonesia yang maju, adil, makmur nan sejahtera.
Penulis : SUMARLIKĀ adalah warga Desa Wonosari Kecamatan Senori Kabupaten Jawa Timur dan Kepala Biro Tuban Media Online dutaperistiwa.com